MATAINDONESIA.CO.ID, BANDUNG – Sebuah video yang memperlihatkan kericuhan warga dan pedagang kaki lima (PKL) menolak relokasi mendadak viral di media sosial. Dalam rekaman itu, seorang pria di tengah kerumunan terdengar lantang menyebut nama “Dedi” sebagai pihak yang harus diturunkan. Video tersebut sontak menimbulkan kesalahpahaman publik yang mengaitkannya dengan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi.
Namun, dugaan itu langsung dibantah tegas oleh Dedi Mulyadi. Melalui unggahan video di Instagram pada Minggu (30/11/2025), Dedi memberikan klarifikasi untuk meluruskan simpang siur informasi.
“Mungkin bukan Dedi saya,” tulisnya.
“Ternyata itu bukan di Jabar, itu di Bengkulu. Nama Dedi yang disebut itu bukan saya, tapi Dedi yang lain.”ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dedi menjelaskan bahwa video tersebut tidak berkaitan dengan aktivitas pemerintahan di Jawa Barat. Ia menelusuri konteks kejadian dan menemukan bahwa aksi protes itu berlangsung di Pasar Minggu, Kota Bengkulu, bukan di Pasar Minggu Jakarta maupun wilayah di Jawa Barat seperti yang diasumsikan sebagian warganet.
Dalam unggahannya, Dedi meminta masyarakat tetap tenang dan tidak gampang terbawa narasi menyesatkan yang beredar di media sosial.
“Ini rame sekali, menyebut nama saya. Tapi setelah dicek, peristiwanya bukan di Jabar. Jadi mohon jangan gampang terprovokasi,” ujarnya.
Unggahan tersebut langsung dipenuhi komentar warganet—mulai dari gurauan soal kesamaan nama, hingga dukungan kepada Dedi Mulyadi.
Penelusuran media memastikan bahwa peristiwa dalam video viral terjadi pada Selasa (25/11/2025) di Pasar Minggu, Kota Bengkulu. Puluhan PKL mendatangi kantor Wali Kota Bengkulu untuk meminta kepastian terkait relokasi yang dilakukan pemerintah kota.
Para pedagang mengeluhkan lokasi relokasi yang dianggap tidak layak, sempit, dan tidak menjamin kelangsungan usaha mereka.
“Kehadiran kami ingin memperjelas nasib dan status keberadaan kami PKL di Pasar Minggu,”
ujar Edi Susanto, Ketua Perkumpulan Pedagang Pasar Minggu Bengkulu (P3MB).
Namun, dialog yang mereka harapkan tak berjalan mulus. Wali Kota Bengkulu Dedy Wahyudi dan Wakil Wali Kota Ronny F.L. Tobing tidak hadir, sehingga memicu kekecewaan dan luapan emosi para pedagang.
PKL hanya ditemui oleh Staf Ahli Bidang Kemasyarakatan dan SDM Eddy Apriyanto serta Kasatpol PP Kota Bengkulu Sahat Marulitoa Situmorang—keduanya tidak memiliki kewenangan membuat keputusan strategis terkait relokasi.
Kondisi itu memunculkan kemarahan warga dalam video, termasuk teriakan “Turunkan Dedi!” yang ternyata merujuk pada Wali Kota Bengkulu, Dedy Wahyudi, bukan Gubernur Jawa Barat.
Viralnya video memicu berbagai komentar warganet. Tak sedikit yang mengira bahwa “Dedi” dalam video adalah Dedi Mulyadi. Namun setelah klarifikasi, komentar bernada humor dan dukungan pun bermunculan:
-
“Pasar Minggu? Apanya Jabar…”
-
“Waalaikumsalaam Kang Dedi… Terdedi-dedi jadinya nih Kang warga provinsi sebelah.”
-
“Yang pengen anda mundur hanya mafia tanah dan orang-orang yang terganggu lahan cuannya.”
Kesimpangsiuran informasi ini kembali mengingatkan publik pentingnya verifikasi sebelum menyebarkan video atau narasi di media sosial.
Viralnya video tersebut menunjukkan bagaimana kemiripan nama pejabat bisa memicu salah paham publik. Dedi Mulyadi telah meluruskan situasi dan mengimbau masyarakat agar tidak mudah terprovokasi.
Sementara itu, para PKL Pasar Minggu Bengkulu masih menunggu kepastian dari Pemerintah Kota mengenai solusi relokasi yang adil dan layak bagi mata pencaharian mereka.













