MATAINDONESIA.CO.ID, BANDA ACEH – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat lebih dari 147 ribu unit rumah rusak akibat banjir bandang dan tanah longsor yang melanda Provinsi Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengatakan, pemerintah saat ini terus mempercepat proses pemulihan pascabencana, khususnya terkait perencanaan hunian sementara dan hunian tetap bagi masyarakat terdampak.
“Sebanyak 147 ribu lebih rumah mengalami kerusakan, mulai dari kategori ringan hingga berat. Data ini menjadi acuan utama dalam perencanaan pembangunan hunian bagi warga terdampak,” kata Abdul Muhari di Banda Aceh, Selasa (16/12).
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Di Provinsi Aceh, jumlah rumah rusak tercatat 106.058 unit, terdiri dari 46.779 unit rusak ringan, 22.951 unit rusak sedang, dan 36.328 unit rusak berat. Tiga wilayah dengan dampak terbesar yakni Aceh Utara (36.964 unit), Aceh Timur (18.914 unit), dan Aceh Tamiang (10.720 unit).
Sementara itu, di Sumatra Utara tercatat 28.708 unit rumah rusak, dengan rincian 19.651 unit rusak ringan, 3.899 unit rusak sedang, dan 5.158 unit rusak berat. Dari jumlah tersebut, 1.068 unit dilaporkan hilang atau hanyut terbawa banjir. Dampak terparah terjadi di Kabupaten Langkat, Tapanuli Tengah, dan Tapanuli Selatan.
Adapun di Sumatra Barat, BNPB mencatat 12.451 unit rumah rusak, terdiri dari 6.933 unit rusak ringan, 2.959 unit rusak sedang, dan 2.559 unit rusak berat. Wilayah terdampak terbesar berada di Kota Padang, Kabupaten Padang Pariaman, dan Kabupaten Agam.
Abdul Muhari menegaskan pendataan dilakukan secara rinci dan terverifikasi guna memastikan proses pemulihan berjalan tepat sasaran dan berkelanjutan.
“Rumah rusak ringan masih memungkinkan dibangun kembali di lokasi semula dengan memperhatikan mitigasi bencana. Sementara rumah rusak berat dan yang berada di zona rawan akan diarahkan ke skema relokasi yang lebih aman,” ujarnya.
BNPB bersama kementerian, lembaga terkait, dan pemerintah daerah saat ini mempercepat pendataan lanjutan serta penentuan lokasi hunian sementara dan hunian tetap.
“Kami harapkan dalam pekan ini pendataan dapat difinalisasi. Presiden telah mengarahkan agar proses ini dipercepat sehingga pembangunan bisa segera dimulai,” kata Abdul.
Selain kerusakan permukiman, BNPB juga mencatat total korban meninggal dunia mencapai 1.053 jiwa, dengan rincian Aceh 449 jiwa, Sumatra Utara 360 jiwa, dan Sumatra Barat 244 jiwa. Sementara 200 orang masih dinyatakan hilang dan dalam proses pencarian.
Jumlah pengungsi saat ini tercatat 606.040 jiwa, terdiri dari Aceh 571.201 jiwa, Sumatra Utara 21.579 jiwa, dan Sumatra Barat 13.260 jiwa.
“Pemerintah memastikan seluruh kebutuhan dasar pengungsi, mulai dari pangan, air bersih, layanan kesehatan hingga dukungan psikososial, terus terpenuhi melalui koordinasi lintas pihak,” tutup Abdul Muhari.











