Jakarta – MataIndonesia. Partai Persatuan Pembangunan (PPP) terus mengintensifkan pendekatan terhadap Menteri Pertanian Amran Sulaiman agar bersedia mencalonkan diri sebagai Ketua Umum dalam Muktamar PPP yang akan digelar September 2025 mendatang. Dorongan ini datang dari sejumlah elite partai, termasuk Ketua Majelis Pertimbangan DPP PPP M. Romahurmuziy (Rommy), yang secara terbuka mengakui telah berulang kali meyakinkan Amran secara langsung.
“Untuk meyakinkan beliau (Amran), saya bahkan datang langsung ke Makassar. Sampai hari ini pun beliau masih wait and see,” ujar Rommy, dikutip Senin (26/5/2025).
Mardiono Turut Bergerak, Elite PPP Kompak Dukung Amran
Tidak hanya Rommy, Pelaksana Tugas Ketua Umum PPP Muhamad Mardiono juga aktif melakukan pendekatan terhadap Amran. Salah satu momen penting terjadi saat halalbihalal Idulfitri 2025 di Pantai Gapura, kediaman pribadi Amran di Makassar. Mardiono datang bersama sejumlah pengurus DPW se-Indonesia.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
“Bagi saya, ini sinyal kuat bahwa Mardiono merestui jika Pak Amran memimpin PPP ke depan,” kata Rommy.
Dukungan Jokowi: Bukan “Cawe-Cawe”, Tapi Rekomendasi Politik
Dalam proses penjajakan, Rommy juga sempat berkonsultasi dengan mantan Presiden Joko Widodo di Solo. Ia menyodorkan sejumlah nama calon ketum PPP, seperti Sandiaga Uno, Saifullah Yusuf (Gus Ipul), Dudung Abdurachman, Marzuki Alie, Agus Suparmanto, dan Amran Sulaiman. Dari nama-nama tersebut, Jokowi disebut merekomendasikan Amran sebagai sosok yang paling tepat.
“Pak Jokowi melihat Amran sebagai figur yang paling sesuai dengan kebutuhan PPP untuk menghadapi Pemilu 2029. Tapi ini bukan bentuk cawe-cawe, hanya saran,” ujar Rommy.
PPP Cari Figur Sekaligus Pendukung Logistik
Rommy menilai, sebagai pengusaha sekaligus tokoh nasional, Amran merupakan figur ideal bagi PPP. Ia menyebut partai membutuhkan tokoh yang sekaligus memiliki kekuatan logistik untuk mengembalikan eksistensi di parlemen setelah gagal lolos ambang batas di Pemilu 2024.
“Konsep saya jelas: untuk membawa PPP kembali ke Senayan, partai membutuhkan ‘tokoh yang sekaligus tauke’,” tegasnya.
Rommy juga membantah bahwa langkah ini merupakan bagian dari skenario Haji Isam —konglomerat dan kerabat dekat Amran— untuk mengambil alih PPP. Ia menyatakan Haji Isam tidak berkepentingan menguasai partai karena sudah dekat dengan banyak tokoh lintas partai di pemerintahan.
Analis: Rasional Tapi Tidak Cukup
Pengamat politik dari Institute for Advanced Research Universitas Katolik Atma Jaya, Yoes Kenawas, menilai pendekatan PPP kepada Amran sebagai langkah rasional, namun bukan jaminan keberhasilan.
“Kekuatan logistik memang penting, tapi bukan satu-satunya faktor. Kita bisa belajar dari Perindo dan Harry Tanoe yang meski punya finansial kuat tetap gagal ke Senayan,” jelasnya.
Namun posisi Amran sebagai Menteri Pertanian di Kabinet Prabowo dinilai bisa membuka akses politik baru bagi PPP yang kini berada di luar pemerintahan.
Tantangan Elektoral PPP: Figur, Mesin Partai, dan Kaderisasi
Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis, Agung Baskoro, menegaskan bahwa logistik saja tidak cukup. Dibutuhkan figur kuat yang mampu menggerakkan mesin partai.
“Apakah Amran relevan dengan tantangan elektoral PPP? Pertanyaan itu penting dijawab jika PPP ingin bangkit,” ujarnya.
Sementara itu, analis politik Universitas Esa Unggul, Jamiluddin Ritonga, menyoroti lemahnya kaderisasi internal PPP. Ia menganggap dorongan kepada tokoh eksternal sebagai indikasi kegagalan partai dalam mencetak pemimpin dari dalam.
“Partai seharusnya mampu mencetak pemimpinnya sendiri. Ini menjadi refleksi penting bagi PPP,” tuturnya.
Penutup: Menanti Kejutan Menuju Muktamar
Meski nama Amran mencuat sebagai calon kuat, Rommy menegaskan keputusan akhir ada di tangan para muktamirin, para pemegang suara sah dalam Muktamar PPP.
“Apakah Pak Amran benar-benar akan memimpin PPP? Masih ada waktu untuk kejutan-kejutan lainnya. Kami hanya menyajikan opsi terbaik,” pungkas Rommy.