AS–China Sepakat Redam Perang Dagang: Sinyal Damai Setelah Bertahun Ketegangan Tarif

- Editorial Team

Senin, 12 Mei 2025 - 14:15 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Donald Trump Dan Xi Jinping

Donald Trump Dan Xi Jinping

Jakarta – MataIndonesia. Ketegangan dagang antara dua raksasa ekonomi dunia, Amerika Serikat dan China, menunjukkan titik terang. Setelah bertahun-tahun saling balas menaikkan tarif impor, kedua negara menyepakati kemajuan substansial dalam perundingan bilateral yang berlangsung tertutup di Jenewa, Swiss, sejak akhir pekan lalu.

Pertemuan yang berlangsung di kediaman Duta Besar Swiss untuk PBB itu menghadirkan Menteri Keuangan AS Scott Bessent, Perwakilan Perdagangan Jamieson Greer, serta Wakil Perdana Menteri China He Lifeng. Ini adalah pertemuan tatap muka tingkat tinggi pertama sejak Presiden Donald Trump menerapkan tarif impor China hingga 245% pada beberapa komoditas.

“Kami telah membuat kemajuan substansial antara Amerika Serikat dan Tiongkok dalam pembicaraan dagang yang sangat penting,” ujar Bessent kepada wartawan, Minggu (11/5/2025). Ia menambahkan bahwa hasil rinci pembicaraan akan diumumkan Senin waktu setempat.

ADVERTISEMENT

ads

SCROLL TO RESUME CONTENT

Senada, He Lifeng menggambarkan pertemuan sebagai langkah awal yang penting. “Diskusinya terus terang, mendalam, dan konstruktif,” ucapnya. Pernyataan ini diamini oleh perwakilan perdagangan internasional China, Li Chenggang, yang menyebut kedua negara sepakat membentuk mekanisme komunikasi bersama untuk membahas isu perdagangan secara rutin dan insidental.

Dari Perang Tarif ke Jalur Diplomasi

Langkah diplomatik ini menjadi titik balik setelah bertahun-tahun perang dagang yang diawali kebijakan unilateral Trump. Ketika itu, AS mengenakan tarif hingga 145% terhadap barang-barang China, yang dibalas dengan tarif 125% oleh Beijing.

Namun, sinyal perubahan arah terlihat sejak awal Mei, saat Trump menyatakan keinginannya untuk menurunkan tarif China ke level “ideal” sebesar 80%. Ia juga menyambut antusias pertemuan Jenewa, dengan menyebutnya sebagai “kemajuan hebat” dalam unggahan di Truth Social.

“Untuk kebaikan bersama, kami ingin melihat keterbukaan China terhadap bisnis Amerika,” ujarnya.

Langkah ini menyusul keberhasilan AS menandatangani kesepakatan dagang dengan Inggris, berisi keringanan bea masuk meski tetap mempertahankan tarif dasar 10%.

Gurita Perdagangan China dan Kekhawatiran AS

Perubahan sikap AS terhadap China tidak lepas dari kenyataan bahwa dominasi dagang China makin sulit dibendung. Dalam dua dekade terakhir, nilai perdagangan China tumbuh lebih dari 1.200%, jauh mengungguli pertumbuhan perdagangan AS yang hanya 167% pada periode sama.

Pada 2024, nilai perdagangan global China mencapai US$ 6,2 triliun, melewati AS yang mencatat US$ 5,3 triliun. China pun menjadi mitra dagang utama bagi mayoritas negara di Asia, Afrika, hingga Amerika Latin.

Indonesia termasuk di antaranya. Nilai perdagangan RI–China melesat dari US$ 7,46 miliar pada 2000 menjadi US$ 147,99 miliar pada 2024, sementara nilai dagang dengan AS hanya tumbuh sekitar 200%.

Transformasi ini mencerminkan bagaimana China beralih dari pemain regional menjadi kekuatan perdagangan global, didukung industrialisasi masif, investasi infrastruktur, dan penetrasi ke berbagai rantai pasok dunia.

Langkah Selanjutnya: Damai Dagang atau Gencatan Sementara?

Meski pertemuan Jenewa disebut produktif, para pengamat menilai hasilnya masih harus diuji dalam implementasi kebijakan di lapangan. Mekanisme komunikasi bersama yang dibentuk menjadi indikator penting apakah ini awal dari perdamaian dagang jangka panjang atau sekadar gencatan senjata sementara.

Namun satu hal yang pasti, langkah ini menjadi sorotan global. Dunia menanti apakah dua kekuatan ekonomi terbesar dunia ini akan menata ulang hubungan mereka dari konfrontasi menjadi kolaborasi.

Facebook Comments Box

Berita Terkait

Wagub Sulbar Apresiasi “Discover Nusantara: Colors of Unity West Sulawesi” Peran Badan Penghubung dan KKMSB dalam Promosi Daerah di Jakarta
Sepi Pelanggan, Pasar Jatinegara Kian Tergerus Zaman Digital
Zohran Mamdani: Muslim Keturunan India yang Ukir Sejarah sebagai Wali Kota New York
Gencatan Senjata Israel-Iran: Di Balik Akhir “Perang 12 Hari” dan Kepentingan Tiga Pemimpin Dunia
Ketegangan Global Meningkat Pasca-Serangan AS ke Situs Nuklir Iran
Ketua PW GP Ansor Sulbar Dorong Ketahanan Pangan Berbasis Kaderisasi: Terima 149 Ekor Kambing untuk 7 Kelompok Ternak
Presiden Putin Tawarkan Kerja Sama Nuklir Damai hingga AI, Rusia Siap Perkuat Hubungan Strategis dengan Indonesia
Lembaga Bantuan Hukum (LBH) GP Ansor mendesak Kejaksaan Agung melakukan audit forensik atas aset PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex)

Berita Terkait

Senin, 29 September 2025 - 16:34 WITA

Deklarasi di Shanghai, PB PORDI, KTC dan GP Ansor Bawa Domino Mendunia

Selasa, 2 September 2025 - 06:04 WITA

Organisasi Pemuda Lintas Iman Apresiasi Respons Cepat Presiden Prabowo, Ansor Instruksikan Kader Jaga Kampung

Senin, 1 September 2025 - 13:24 WITA

“Tambahan Syarat Bupati Majene untuk Pengukuhan Kades Melampaui Kewenangan” Oleh Parman (Ketua Palpasi Majene)

Senin, 1 September 2025 - 13:08 WITA

Warga Gelar Aksi di KPK, Desak Penetapan Bupati Pati Sudewo sebagai Tersangka

Senin, 1 September 2025 - 13:00 WITA

Anggota DPR yang dinonaktifkan Partainya masih mendapat gaji, begini kata pakar …

Sabtu, 30 Agustus 2025 - 06:53 WITA

Sekretaris Jenderal BPP KKMSB, Isra D Pramulya: Utamakan Perdamaian, Tolak Provokasi Anarkis, Jaga Persatuan Bangsa

Rabu, 27 Agustus 2025 - 17:32 WITA

Andi Muh. Riski AD Pemuda Pelopor Desa Sulawesi Barat yang punya semangat membangun Daerah mulai dari Desa

Rabu, 27 Agustus 2025 - 14:28 WITA

Jelajahi Kekayaan Sulawesi Barat: Budaya, Kuliner, dan Seni Khas Mandar Hadir di “Discover Nusantara” Hotel Borobudur

Berita Terbaru