Menag Nasaruddin; 1 Muharram adalah Momentum Spiritualitas dan Kesadaran Sosial yang Mengakar dalam Tradisi Islam

- Editorial Team

Kamis, 26 Juni 2025 - 03:30 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Menag Nasaruddin di kegiatan Ngaji Budaya

Menag Nasaruddin di kegiatan Ngaji Budaya

Jakarta – MataIndonesia. Tahun Baru Islam yang ditandai dengan datangnya 1 Muharram bukan sekadar pergantian kalender Hijriah. Ia merupakan momen penting bagi umat Islam untuk melakukan refleksi diri secara mendalam, memperbarui niat, serta memperkuat ikatan spiritual dan sosial dalam kehidupan bermasyarakat.

Di tengah dinamika kehidupan yang terus berubah, 1 Muharram mengingatkan manusia untuk merenungi makna waktu dan penciptaan. Hal ini ditegaskan dalam Al-Qur’an, Surah Yunus ayat 6, yang menyatakan bahwa dalam perputaran malam dan siang serta segala ciptaan di langit dan bumi, terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi mereka yang bertakwa. Firman ini mengajak setiap insan untuk tidak sekadar menyambut pergantian tahun sebagai rutinitas, melainkan sebagai momentum kontemplasi dan kesadaran spiritual.

Antara Tradisi, Refleksi, dan Tuduhan Bid’ah

Meski telah menjadi bagian dari budaya keagamaan di berbagai daerah, peringatan 1 Muharram kerap mendapat sorotan dari sebagian kalangan yang mempertanyakan keabsahannya dan bahkan menganggapnya sebagai bentuk bid’ah. Namun, pandangan ini diluruskan secara tegas oleh Menteri Agama RI, Nasaruddin Umar, dalam forum Ngaji Budaya yang diselenggarakan Kementerian Agama pada 23 Juni 2025.

ADVERTISEMENT

ads

SCROLL TO RESUME CONTENT

Mengutip laman resmi Kemenag, Nasaruddin menyampaikan bahwa memperingati 1 Muharram justru sarat makna dan tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam. Ia menegaskan, “Memperingati 1 Muharram bukan melestarikan bid’ah. Justru jika kita memahami konsep ekoteologi, sulit untuk terjerumus pada kemusyrikan.”

Ekoteologi dan Pesan Perdamaian Muharram

Lebih jauh, ia menjelaskan bahwa ekoteologi—sebuah pendekatan teologis yang menekankan hubungan harmonis antara manusia, alam, dan Tuhan—selaras dengan nilai-nilai yang dikandung dalam bulan Muharram. Bulan ini dalam sejarah Islam dikenal sebagai masa larangan berperang, ajakan untuk tidak menciptakan konflik, serta seruan untuk memperdalam kesadaran diri.

“Nilai-nilai 1 Muharram mendorong kita untuk menjaga perdamaian, memperbaiki relasi sosial, dan merefleksikan hakikat kehidupan secara lebih utuh,” kata Nasaruddin.

Ritual Kesederhanaan yang Sarat Simbolisme

Dalam suasana yang sederhana, tanpa kursi, dan penuh kekhusyukan, peringatan 1 Muharram juga membawa pesan simbolik yang kuat. “Ini bukan sekadar ritual. Duduk di lantai, tanpa kemewahan, adalah bentuk simbolik dari penajaman batiniah. Akal kita boleh tajam, tetapi belum tentu hati kita. Maka, kegiatan ini menjadi semacam shock therapy bagi kesadaran jiwa,” ungkapnya.

Simbolisme dalam kesederhanaan ini mengajak umat untuk kembali ke esensi: merendahkan diri di hadapan Tuhan dan menyatu dengan nilai-nilai kemanusiaan universal.

Peringatan yang Memperkaya Khazanah Keislaman

Pernyataan Menteri Agama ini sekaligus menjadi penegasan bahwa peringatan 1 Muharram bukanlah praktik menyimpang, melainkan ruang spiritual dan sosial yang justru memperkaya tradisi keagamaan umat Islam. Dengan mengakar pada nilai-nilai perdamaian, introspeksi, dan keterhubungan manusia dengan alam, peringatan Tahun Baru Islam menjadi medium penting dalam membentuk masyarakat yang lebih bijak, damai, dan berkesadaran tinggi.

Facebook Comments Box

Berita Terkait

Menkeu Purbaya Ultimatum Bea Cukai: Terancam Dibekukan dan 16 Ribu Pegawai Dirumahkan Jika Reformasi Gagal
Pemerintah Sahkan Perpres 79/2025: Gaji PNS Resmi Naik, 10 Tunjangan Baru Diperkuat
H. Abdul Wahab, Politisi dari Rakyat, untuk Rakyat, dengan Aksi Nyata.
Mensos Gus Ipul Kukuhkan Pengurus Nasional Karang Taruna 2025–2030, “Momentum Arah Baru Pemberdayaan Sosial Indonesia”
Mendagri dan Mensos Sepakat Integrasikan Puskesos dengan Posyandu di Seluruh Desa
Presiden Prabowo Larang Penyambutan Siswa Saat Kunjungan Kerja: “Biarkan Mereka Tetap Belajar di Sekolah”
Ketua Komisi III DPR RI: 99% Substansi KUHAP Baru Berasal dari Aspirasi Publik
Transformasi Pendidikan Nasional: Peluncuran Program Digitalisasi Pembelajaran

Berita Terkait

Minggu, 30 November 2025 - 17:23 WITA

Viral Kayu Gelondongan Terbawa Banjir di Sumut, Anggota DPR Desak Pemerintah Bentuk Tim Investigasi Nasional

Minggu, 30 November 2025 - 15:41 WITA

Istri Gubernur Aceh Terjebak Banjir Dua Hari di SPBU: “Keadaan Sangat Darurat, Banyak Ibu dan Anak Butuh Bantuan”

Minggu, 30 November 2025 - 15:27 WITA

Penjarahan Gudang Bulog Sarudik Sibolga Dipicu Isolasi Wilayah dan Krisis Pangan Pasca Banjir–Longsor

Jumat, 28 November 2025 - 01:29 WITA

Banjir Bandang dan Longsor Isolasi Tapanuli Tengah: Akses Darat Lumpuh Total, Warga Mengungsi dalam Kondisi Memprihatinkan

Kamis, 27 November 2025 - 23:22 WITA

Kasus Dugaan Perselingkuhan dan Pernikahan Siri, Pengakuan Insanul Fahmi Picu Polemik Baru di Publik

Rabu, 26 November 2025 - 22:20 WITA

Bencana Banjir dan Longsor di Tapanuli Raya: Delapan Warga Meninggal, Ribuan Mengungsi akibat Pengaruh Siklon Tropis KOTO dan Bibit Siklon 95B

Minggu, 23 November 2025 - 07:57 WITA

Gus Yahya Tanggapi Tuduhan Terafiliasi Zionisme, Sementara Dokumen Pemakzulan Masih Dipertanyakan Keabsahannya

Jumat, 21 November 2025 - 02:57 WITA

GEMPARKAN SULSEL! KANTOR GUBERNUR DIGELEDAH KEJATI: SOSOK ANDI SUDIRMAN SULAIMAN DISOROT PUBLIK

Berita Terbaru