Mamuju – MataIndonesia. Seratus hari pertama masa kepemimpinan Gubernur dan Wakil Gubernur Sulawesi Barat, Suhardi Duka dan Salim S. Mengga, menjadi momentum reflektif sekaligus proyeksi masa depan pembangunan provinsi muda di timur Indonesia ini.
Dalam pemaparan yang berlangsung di ruang pertemuan lantai II Kantor Gubernur Sulbar, Jumat (…), keduanya menyampaikan capaian dan arah kebijakan pemerintahan mereka di hadapan para pejabat Organisasi Perangkat Daerah (OPD), tenaga ahli, hingga kalangan media.
Acara dibuka dengan pengantar dari Pelaksana Harian Sekretaris Provinsi Sulbar, Herdin Ismail, yang menggarisbawahi pentingnya transparansi dan akuntabilitas dalam pemerintahan. Namun, perhatian audiens benar-benar tertuju saat Wakil Gubernur Salim S. Mengga memulai sambutannya dengan pernyataan lugas dan menyentuh.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
“Ini bukan tentang jabatan, ini tentang pengabdian,” ujarnya singkat, namun sarat makna.
Pernyataan tersebut menjadi penegas bahwa arah pemerintahan ini berorientasi pada pelayanan publik, bukan kekuasaan.
Gubernur Suhardi Duka, yang akrab disapa SDK, melanjutkan dengan nada yang lebih strategis. Ia menegaskan bahwa pendekatan kepemimpinan yang ia dan Salim usung berangkat dari prinsip kerendahan hati dan kolaborasi.
“Kami datang bukan untuk dilayani, tetapi untuk melayani,” tegasnya.
Konektivitas Jakarta–Sulbar Diperkuat
Salah satu poin yang disorot adalah hasil kunjungan kerja Gubernur ke Jakarta bersama sejumlah Bupati se-Sulawesi Barat. SDK menyebutkan bahwa kunjungan tersebut bukan sebatas seremoni, melainkan langkah aktif menjalin koneksi antar-pemerintah.
“Kami memanfaatkan semua jaringan yang ada. Hasilnya, sejumlah program nasional kini mulai mengalir ke Sulbar. Anggaran telah disetujui dan proyek infrastruktur sudah mulai bergerak di lapangan,” jelasnya.
Menurut SDK, hubungan yang kuat antara pemerintah pusat dan daerah merupakan kunci untuk mempercepat pembangunan dan memastikan pemerataan hasilnya bagi masyarakat.
“Kini Jakarta dan Sulbar terhubung, bukan hanya dalam administrasi, tetapi juga dalam aksi nyata,” tambahnya.
Komitmen Pemerintahan yang Merakyat
Dalam sesi tanya jawab yang berlangsung cair namun tetap substansial, SDK kembali menegaskan bahwa pemerintahannya tidak ingin menjadi “menara gading” yang jauh dari rakyat. Ia menyadari bahwa membangun kepercayaan publik membutuhkan konsistensi tindakan.
“Kami ingin rakyat benar-benar merasakan kehadiran pemerintah, bukan hanya melihat nama kami di spanduk,” ujarnya dengan nada serius.
Meski demikian, ia juga mengakui bahwa 100 hari pertama bukan waktu yang cukup untuk menunjukkan perubahan besar. Namun, baginya, setiap langkah kecil harus berdampak nyata bagi masyarakat.
“Kami hanyalah manusia biasa. Pasti ada kekurangan. Tapi kami berkomitmen untuk terus memperbaiki,” tuturnya.
Penutup: Bukan Tentang Klaim, tapi Kolaborasi
SDK menutup pemaparannya dengan menekankan bahwa capaian 100 hari bukan prestasi pribadi atau pasangan kepala daerah semata, melainkan hasil kerja kolektif seluruh jajaran birokrasi.
“Tidak ada yang bisa diklaim sendiri. Semua saling terkoneksi dan bergerak bersama,” katanya.
Konferensi pers tersebut berakhir dalam suasana hangat dan penuh optimisme. Meski AC ruangan masih berembus sejuk, atmosfer semangat dan tekad yang ditunjukkan SDK dan Salim S. Mengga menjadi pengingat bahwa pemerintahan yang dekat dengan rakyat bukan sekadar narasi, tapi bisa diwujudkan—langkah demi langkah.