Mahasiswa Asal China di Harvard Terancam Terdeportasi, Larangan Pemerintah AS Picu Kepanikan dan Gugatan Hukum

- Editorial Team

Sabtu, 24 Mei 2025 - 15:46 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Trump dan Harvard berselisih

Trump dan Harvard berselisih

US – MataIndonesia. Ketegangan geopolitik antara Amerika Serikat dan China kembali memanas, kali ini menyasar dunia pendidikan tinggi. Mahasiswa asal China di Harvard University kini menghadapi masa depan yang tidak pasti setelah pemerintah AS di bawah Presiden Donald Trump mengeluarkan larangan penerimaan mahasiswa asing oleh Harvard, dengan alasan adanya dugaan kerja sama dengan Partai Komunis Tiongkok (PKT).

Kebijakan kontroversial yang diumumkan pada Kamis (22/5/2025) itu segera memicu kekhawatiran di kalangan mahasiswa internasional, khususnya warga negara China. Salah satu mahasiswa doktoral fisika berusia 24 tahun yang enggan disebutkan namanya mengaku membatalkan rencana pulang kampung demi mengamankan status hukumnya di AS. Ia bahkan menerima saran dari rekan-rekannya untuk menghindari apartemennya jika situasi memburuk karena kemungkinan razia dari Imigrasi dan Bea Cukai.

“Komunitas mahasiswa China benar-benar merasa seperti target dari kebijakan ini,” ungkapnya.

ADVERTISEMENT

ads

SCROLL TO RESUME CONTENT

Universitas Harvard sendiri mengecam larangan tersebut sebagai keputusan yang melanggar hukum. Dalam pernyataan resminya, pihak kampus menegaskan komitmennya untuk tetap menerima dan melindungi mahasiswa asing, yang jumlah terbesarnya berasal dari China.

Krisis ini tak hanya berdampak psikologis, tetapi juga mengguncang rencana studi dan karier banyak mahasiswa. Zhang Kaiqi, mahasiswa magister kesehatan masyarakat, sempat mempersiapkan diri untuk pulang ke China, namun membatalkan penerbangannya yang mahal usai mendengar kabar larangan. Ia juga kehilangan kesempatan magang di lembaga nonprofit AS sebagai akibat langsung kebijakan ini.

“Awalnya saya kira itu hanya hoaks. Tapi saat semuanya dikonfirmasi, saya merasa sedih dan marah,” ujarnya.

Beberapa mahasiswa dilaporkan membentuk grup WhatsApp darurat untuk berbagi informasi dan nasihat hukum, termasuk saran dari pengacara imigrasi agar tidak meninggalkan wilayah AS atau bahkan menggunakan penerbangan domestik. Kekhawatiran meningkat karena status visa mereka sangat bergantung pada keberadaan fisik mereka di kampus, terlebih bagi mahasiswa yang tengah menjalani riset musim panas—pengalaman penting bagi aplikasi program doktoral.

Pemerintah AS menyatakan larangan itu sebagai respons atas penolakan Harvard menyerahkan data visa mahasiswa asing. Washington mengindikasikan bahwa larangan tersebut dapat dicabut jika Harvard bersedia bekerja sama.

Menanggapi situasi ini, Pemerintah China mengecam keras kebijakan AS, menyebutnya sebagai tindakan yang merusak citra internasional negara tersebut. Kementerian Luar Negeri China menegaskan komitmen mereka untuk membela hak-hak warganya yang menempuh pendidikan di luar negeri. Selama dua dekade terakhir, banyak anak elite politik China, termasuk putri Presiden Xi Jinping, diketahui menempuh studi di Harvard.

Di tengah ketidakpastian ini, universitas di negara berbahasa Inggris lain mulai mengambil langkah cepat. Universitas Sains dan Teknologi Hong Kong, misalnya, menawarkan proses penerimaan cepat dan dukungan akademis bagi mahasiswa yang terdampak larangan tersebut.

Menurut data Harvard, pada 2024 terdapat sekitar 277.000 mahasiswa China di AS—angka yang telah menurun drastis dari puncaknya 370.000 pada 2019. Penurunan ini tidak lepas dari meningkatnya pengawasan serta ketegangan politik yang semakin tajam antara Washington dan Beijing.

Teresa, mahasiswa pascasarjana di Harvard Kennedy School, menggambarkan situasi ini dengan sebutan “Pengungsi Harvard” di media sosial Xiaohongshu. Ia menyampaikan bahwa dosen-dosen telah mengabarkan kemungkinan tanggapan resmi dari pihak universitas dalam waktu 72 jam mendatang, termasuk upaya hukum untuk menggugat keputusan pemerintah.

Sementara itu, Zhao (23), mahasiswa baru program magister, mengaku bimbang antara menunda studi selama setahun atau berpindah kampus jika situasi tak kunjung membaik.

“Ini benar-benar mengacaukan rencana hidup saya. Saya sudah menjadwalkan pengajuan visa awal Juni, tapi sekarang saya tak tahu harus berbuat apa,” ujarnya penuh kegelisahan.

Dengan meningkatnya ketegangan dan dampak kebijakan yang meluas, larangan ini dinilai berpotensi mempercepat eksodus mahasiswa China dari AS ke negara-negara alternatif seperti Australia dan Singapura. Pakar pendidikan Pippa Ebel menyebut keputusan ini sebagai “sinyal kuat” bagi keluarga-keluarga di China untuk mempertimbangkan pilihan pendidikan yang lebih stabil dan ramah internasional di luar AS.

Facebook Comments Box

Berita Terkait

Gus Yahya Reshuffle Pengurus PBNU: Gus Ipul Diganti, Struktur Tanfidziyah Dirombak
Prabowo Subianto Tekankan Pentingnya Ketegasan Guru dan Pendidikan Kesopanan Siswa
Dua Kali Beruntun Juara Umum Pimnas: Unhas Mantapkan Status Kampus Unggul Nasional
Pertemuan Tertutup Jimly–Zulhas Bahas Amendemen UUD 1945 dan Reformasi Polri, PAN Diminta Beri Dukungan Politik
Ferdiansyah: Penguatan Budaya di Sekolah Jadi Benteng Hadapi Krisis Moral Generasi Muda
Misbakhun Lantik Sahrujani sebagai Ketua SOKSI Kalsel: Tegaskan Konsolidasi Ormas Pendiri Golkar hingga Daerah
Perpusnas Siapkan 50 Lokus KKN Tematik di Sulawesi Barat, Perkuat Ekosistem Literasi Berbasis Komunitas
Kisah Hafitar, Siswa SD yang Viral Berangkat Subuh dari Tangerang ke Klender: Keteguhan Hati, Cinta Ibu, dan Gotong Royong Sekolah

Berita Terkait

Minggu, 30 November 2025 - 17:23 WITA

Viral Kayu Gelondongan Terbawa Banjir di Sumut, Anggota DPR Desak Pemerintah Bentuk Tim Investigasi Nasional

Minggu, 30 November 2025 - 15:41 WITA

Istri Gubernur Aceh Terjebak Banjir Dua Hari di SPBU: “Keadaan Sangat Darurat, Banyak Ibu dan Anak Butuh Bantuan”

Minggu, 30 November 2025 - 15:27 WITA

Penjarahan Gudang Bulog Sarudik Sibolga Dipicu Isolasi Wilayah dan Krisis Pangan Pasca Banjir–Longsor

Jumat, 28 November 2025 - 01:29 WITA

Banjir Bandang dan Longsor Isolasi Tapanuli Tengah: Akses Darat Lumpuh Total, Warga Mengungsi dalam Kondisi Memprihatinkan

Kamis, 27 November 2025 - 23:22 WITA

Kasus Dugaan Perselingkuhan dan Pernikahan Siri, Pengakuan Insanul Fahmi Picu Polemik Baru di Publik

Rabu, 26 November 2025 - 22:20 WITA

Bencana Banjir dan Longsor di Tapanuli Raya: Delapan Warga Meninggal, Ribuan Mengungsi akibat Pengaruh Siklon Tropis KOTO dan Bibit Siklon 95B

Minggu, 23 November 2025 - 07:57 WITA

Gus Yahya Tanggapi Tuduhan Terafiliasi Zionisme, Sementara Dokumen Pemakzulan Masih Dipertanyakan Keabsahannya

Jumat, 21 November 2025 - 02:57 WITA

GEMPARKAN SULSEL! KANTOR GUBERNUR DIGELEDAH KEJATI: SOSOK ANDI SUDIRMAN SULAIMAN DISOROT PUBLIK

Berita Terbaru