Jakarta – MataIndonesia. Aktivis lingkungan asal Swedia, Greta Thunberg, bersama 11 relawan lainnya dilaporkan ditangkap oleh militer Israel saat berada di atas kapal Madleen, yang membawa bantuan kemanusiaan menuju Jalur Gaza, Senin (9/6/2025).
Kapal Madleen merupakan bagian dari misi Koalisi Armada Kebebasan (Freedom Flotilla Coalition/FFC) yang bertujuan menyalurkan bantuan kemanusiaan kepada warga Gaza. Insiden penangkapan terjadi saat kapal mendekati perairan Gaza pada pukul 01.17 waktu setempat, dan kru kapal mengaktifkan alarm untuk memberi peringatan bahwa kapal akan memasuki wilayah tersebut.
Dilaporkan bahwa pasukan elite angkatan laut Israel, Shayetet 13, telah dikerahkan untuk menghadang dan menaiki kapal tersebut meskipun berada di perairan internasional. Sekitar pukul 02.00, pasukan Israel naik ke kapal Madleen dan mengambil alih kendali.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Dalam pembaruan yang dibagikan melalui kanal Telegram FFC, tampak para aktivis di dalam kapal mengenakan jaket pelampung dan mengangkat tangan sebagai tanda tidak melakukan perlawanan. Namun, dalam gambar yang dibagikan tidak tampak kehadiran langsung pasukan Israel.
Laporan dari Al Jazeera menyebutkan bahwa tentara Israel memaksa seluruh awak kapal mematikan alat komunikasi mereka, termasuk telepon seluler.
Selama proses penangkapan, akun media sosial Freedom Flotilla Coalition mempublikasikan rekaman video darurat dari para aktivis, termasuk Greta Thunberg.
“Nama saya Greta Thunberg dan saya dari Swedia,” kata Greta dalam video tersebut. “Jika kalian menyaksikan video ini, artinya kami telah dicegat dan diculik di perairan internasional oleh pasukan pendudukan Israel atau pihak yang mendukung mereka.”
Menanggapi situasi ini, Kementerian Luar Negeri Israel mengonfirmasi bahwa kapal Madleen telah diamankan dan akan dibawa ke Pelabuhan Ashdod. Dalam pernyataan resminya di platform X (sebelumnya Twitter), Kemlu Israel menyebut kapal tersebut sebagai “kapal pesiar selfie para selebriti” yang saat ini sedang dalam perjalanan menuju pantai Israel.
Pihak Israel juga menuduh para aktivis, termasuk Greta, mencoba melakukan “provokasi media” dengan mengklaim pengiriman bantuan ke Gaza sebagai bentuk pencitraan untuk meraih perhatian publik.