Jogjakarta – MataIndonesia.
Presiden Prancis Emmanuel Macron dijadwalkan mengunjungi Candi Borobudur di Magelang bersama Presiden RI Prabowo Subianto pada Rabu, 28 Mei 2025. Kunjungan ini merupakan bagian dari lawatan dua hari Macron ke Indonesia, di mana ia menyempatkan diri untuk melihat salah satu warisan budaya dunia yang diakui UNESCO.
Menjelang kunjungan tersebut, pemerintah Indonesia melakukan berbagai penataan infrastruktur demi memastikan kenyamanan dan keamanan tamu negara. Momentum ini pun dinilai penting, tidak hanya dari sisi diplomasi budaya, tetapi juga sebagai pengingat sejarah panjang Candi Borobudur yang nyaris terlupakan sebelum ditemukan kembali pada awal abad ke-19.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Candi Borobudur: Pernah Hilang, Kini Jadi Warisan Dunia
Candi Borobudur dibangun sekitar abad ke-8 hingga ke-9 Masehi oleh Dinasti Syailendra dari Kerajaan Mataram Kuno. Namun, seiring berjalannya waktu, candi ini terbengkalai. Struktur megahnya tertutup oleh tanah dan semak belukar akibat bencana alam dan minimnya perhatian masyarakat lokal. Keberadaannya nyaris terlupakan selama berabad-abad.
Perhatian terhadap situs ini kembali muncul pada tahun 1813, ketika Tan Jin Sing, seorang keturunan Tionghoa yang saat itu menjabat Bupati Yogyakarta, menyampaikan informasi penting kepada Letnan Gubernur Inggris di Jawa, Thomas Stamford Raffles. Ia menceritakan bahwa salah satu mandornya di Desa Bumisegoro melihat struktur candi besar yang terlantar.
Awal Penemuan Kembali Borobudur
Raffles, yang dikenal memiliki minat besar terhadap peninggalan arkeologi, merespons laporan Tan Jin Sing dengan serius. Ia mengutus Tan bersama sejumlah warga lokal untuk menelusuri lokasi tersebut. Mereka menemukan sebuah bangunan besar yang hampir seluruhnya tertutup tanah dan semak-semak—bangunan itu dikenal oleh warga sebagai Borobudur.
Melihat potensi besarnya, Raffles segera menginstruksikan dilakukannya upaya ekskavasi dan pemugaran awal. Ia mengirim arkeolog Belanda Christian Cornelius, yang kala itu telah berpengalaman dalam memugar sejumlah candi di Jawa. Bersama tim yang terdiri dari sekitar 200 pekerja lokal, mereka mulai membuka kembali situs bersejarah tersebut.
Menurut catatan Tim Hannigan dalam Raffles dan Invasi Inggris ke Jawa (2015), hanya dalam waktu dua minggu, sebagian besar struktur utama candi berhasil dibersihkan dari tanah dan semak belukar. Cornelius lalu menyusun deskripsi rinci Borobudur yang dilaporkan kepada Raffles di Batavia.
Warisan yang Diangkat Kembali ke Panggung Dunia
Meskipun bukan penemu pertama secara literal, nama Raffles, Tan Jin Sing, dan Cornelius dikenang sebagai tokoh penting yang mengangkat kembali Borobudur ke kancah dunia. Dari kondisi terbengkalai dan nyaris dilupakan, Borobudur akhirnya mendapat perhatian luas dari para peneliti dan arkeolog Eropa.
Setelah Inggris meninggalkan Jawa pada tahun 1816, pemerintah kolonial Belanda melanjutkan upaya konservasi dan penelitian terhadap situs tersebut. Puluhan tahun kemudian, hasil dari proses panjang ini kini bisa dinikmati masyarakat dunia.
Kunjungan Presiden Macron ke Candi Borobudur bersama Presiden Prabowo bukan hanya menjadi bagian dari agenda kenegaraan, tetapi juga penegas pentingnya pelestarian warisan sejarah dan budaya yang menyatukan bangsa dan lintas negara.