MataIndonesia-Jakarta. Ketegangan antara China dan Jepang kembali meningkat tajam, kali ini bukan soal sengketa wilayah di Laut China Timur, melainkan terkait pernyataan keras Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi mengenai Taiwan. Dalam komentarnya yang memicu reaksi diplomatik Beijing, Takaichi menegaskan bahwa invasi China terhadap Taiwan akan memaksa Jepang merespons secara militer karena hal itu dianggap mengancam langsung kepentingan nasional Jepang.
Pernyataan tersebut menjadi yang paling tegas dari Tokyo dalam sejarah hubungan kedua negara, dan segera memancing kemarahan pemerintah China. Beijing menuding Jepang mencampuri urusan dalam negeri China dan memperburuk hubungan bilateral. Kementerian Luar Negeri China bahkan mendesak Takaichi mencabut pernyataannya atau menghadapi “konsekuensi serius.”
Bagi Beijing, Taiwan tetap dipandang sebagai bagian dari wilayah China, meski pemerintah Taipei menolak klaim tersebut. Situasi ini kini menempatkan hubungan China–Jepang pada titik tegang terbaru di kawasan Asia Timur.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Di tengah memanasnya hubungan dua kekuatan besar tersebut, muncul pertanyaan: jika konflik meluas, siapa yang lebih kuat secara militer—China atau Jepang? Berikut perbandingan lengkap berdasarkan data GlobalFirePower 2025 dan SIPRI.
1. Peringkat Kekuatan Militer Global
-
China: Peringkat 3 dari 145 negara (PowerIndex: 0,0788)
-
Jepang: Peringkat 8 dari 145 negara (PowerIndex: 0,1839)
China berada di tiga besar dunia, sementara Jepang masih berada dalam kelompok 10 besar kekuatan global.
2. Personel Militer
-
Tentara Aktif:
-
China: 2.035.000
-
Jepang: 247.150
-
-
Tentara Cadangan:
-
China: 510.000
-
Jepang: 56.000
-
-
Paramiliter:
-
China: 625.000
-
Jepang: 25.000
-
Dari segi jumlah personel, China unggul telak di semua kategori.
3. Anggaran Pertahanan
-
China: USD 266,8 miliar
-
Jepang: USD 57 miliar
China mengalokasikan anggaran hampir lima kali lipat dari Jepang.
4. Kekuatan Udara
China
-
Total Pesawat: 3.309
-
Pesawat Tempur: 1.212
-
Pesawat Serangan: 371
-
Pesawat Angkut: 289
-
Pesawat Latih: 402
-
Pesawat Misi Khusus:112
-
Tanker: 10
-
Helikopter: 913
-
Helikopter Serang: 281
Jepang
-
Total Pesawat: 1.443
-
Pesawat Tempur: 217
-
Pesawat Serangan: 38
-
Pesawat Angkut: 55
-
Pesawat Latih: 401
-
Pesawat Misi Khusus:141
-
Tanker: 10
-
Helikopter: 596
-
Helikopter Serang: 119
Dari jumlah dan jenis armada udara, China berada jauh di atas Jepang, namun Jepang dikenal unggul dalam teknologi dan kualitas pilot berkat kerja sama keamanan dengan Amerika Serikat.
5. Kekuatan Darat
China
-
Tank Tempur: 6.800
-
Kendaraan Lapis Baja: 114.017
-
Artileri Gerak Sendiri: 3.490
-
Artileri Derek: 1.000
-
Peluncur Roket Mobile: 2.750
Jepang
-
Tank Tempur: 521
-
Kendaraan Lapis Baja: 31.964
-
Artileri Gerak Sendiri: 149
-
Artileri Derek: 480
-
Peluncur Roket Mobile: 54
China unggul secara masif dari sisi kuantitas dan kapasitas perang darat.
6. Kekuatan Laut
China
-
Armada Tempur: 754
-
Kapal Induk: 3
-
Kapal Induk Helikopter: 4
-
Kapal Selam: 61
-
Kapal Perusak: 50
-
Fregat: 47
-
Korvet: 72
-
Kapal Patroli: 150
-
Penyapu Ranjau: 36
Jepang
-
Armada Tempur: 159
-
Kapal Induk: 0
-
Kapal Induk Helikopter: 4
-
Kapal Selam: 24
-
Kapal Perusak: 42
-
Fregat: 6
-
Korvet: 0
-
Kapal Patroli: 6
-
Penyapu Ranjau: 22
Armada laut China kini menjadi salah satu yang terbesar di dunia. Jepang unggul di kualitas kapal selam, namun kalah dari segi jumlah.
7. Kapabilitas Nuklir
-
China: 600 hulu ledak nuklir (diproyeksikan meningkat menjadi 1.500 dalam satu dekade)
-
Jepang: 0 hulu ledak nuklir
Namun Jepang memiliki latent capability berkat teknologi nuklir sipil yang sangat maju.
8. Aliansi Internasional
-
China: didukung Rusia dan Korea Utara
-
Jepang: terikat perjanjian pertahanan dengan Amerika Serikat
Faktor aliansi menjadi penentu jika konflik meningkat ke level regional.
Secara kuantitatif, China unggul mutlak dalam hampir seluruh parameter militer. Namun Jepang memiliki keunggulan pada aspek teknologi, efisiensi, doktrin pertahanan, serta dukungan strategis Amerika Serikat. Pada akhirnya, potensi konflik China–Jepang tidak hanya melibatkan kekuatan nasional masing-masing, tetapi juga akan membuka dinamika geopolitik yang jauh lebih luas di kawasan Indo-Pasifik.












