MATAINDONESIA.CO.ID, JAKARTA – Setelah hampir 10 bulan menjalani penahanan di Rumah Tahanan (Rutan) Merah Putih KPK, mantan Direktur Utama PT ASDP Indonesia Ferry (Persero), Ira Puspadewi, akhirnya menghirup udara bebas. Di momen syukuran sederhana yang berlangsung di Rumah Perubahan, Bekasi, Sabtu (29/11), Ira tak kuasa menahan tangis ketika mengenang perjalanan panjang yang ia sebut sebagai “masa paling gelap” dalam hidupnya.
“Ternyata selama ini saya kurang bersyukur. Apa yang kita anggap biasa hari ini, syukurilah,” ucapnya lirih, berusaha menahan emosi. “Kalau di dalam (penjara), kita melewati malam-malam at the darkest night. Itu berat.”
Ira mengakui, masa penahanan bukan hanya tentang ruang sempit dan jeruji besi, tetapi juga soal kesunyian yang muncul dari menjauhya banyak orang.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
“Di saat kami dalam perkara seperti itu, banyak orang menghindar untuk bahkan kami kontak. Wajar, karena takut. Tapi kata orang, justru teman itu ada ketika kita terpuruk,” tuturnya.
Kesadaran tentang arti kebebasan datang dari hal-hal yang dulu ia anggap remeh. Pada suatu perjalanan, ia melihat ibu-ibu senam Zumba di Lapangan Banteng. Musik yang biasanya ia anggap berisik, hari itu terasa begitu indah.
Bagian paling berat dalam masa penahanan adalah saat ia ditempatkan di kamar isolasi gelap berukuran 3×4 meter selama tiga hari.
“Sendirian, enggak ada teman. Mau ke mana? Hanya bisa ngobrol sama Tuhan,” kata Ira.
Di titik itu, ia sempat merasa Tuhan meninggalkannya. Namun ketenangan datang ketika ia membaca Surat Ad-Dhuha.
“Setelah membaca itu, saya sadar… saya yang durhaka, kok merasa ditinggalkan Tuhan. Dari situ ada turning point, antara harapan dan hopelessness,” katanya.
Keluar dari rutan, Ira mendapati kondisi keuangannya masih dibekukan.
“Seluruh rekening saya, suami saya, anak saya masih diblokir. Uang saya hari itu cuma Rp 1,2 juta,” ungkapnya.
Namun bantuan datang dari arah yang tak disangka. Seorang anak buah, yang ia tahu penghasilannya tak besar, memberikan Rp 5 juta untuk kebutuhan harian.
Selain itu, berbagai pihak mengirimkan minyak goreng, telur, dan kebutuhan pokok lain.
“Oh, tanpa uang pun saya masih bisa makan. Tuhan kirimkan lewat banyak tangan,” ujarnya pelan.
Ira menyebut masa penahanan sebagai perjalanan spiritual yang tidak pernah ia bayangkan. Perubahannya semakin terasa ketika ia menerima keputusan rehabilitasi Presiden RI Prabowo Subianto, yang juga diberikan kepada dua terdakwa lain dalam kasus ASDP: Muhammad Yusuf Hadi dan Harry Muhammad Adhi Caksono.
“Ketika Tuhan berkehendak, dalam satu klik semuanya berubah,” kata Ira. “Saya masih jetlag… masih tidak percaya mendapat karunia sebesar ini.”
Ira menegaskan belum memikirkan apakah ia akan kembali ke ASDP. Saat ini, fokus utamanya adalah memulihkan diri dan berkumpul dengan keluarga serta kerabat yang selama ini mendoakannya.
Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad menjelaskan bahwa rehabilitasi diberikan setelah DPR menerima berbagai aspirasi masyarakat dan meminta Komisi Hukum melakukan kajian terhadap penyelidikan yang berjalan sejak Juli 2024.
“Presiden Prabowo telah menandatangani surat rehabilitasi terhadap tiga nama tersebut,” ujar Dasco dalam keterangan di Istana, Jakarta, Selasa (25/11).












