Jakarta – MataIndonesia. Ribuan jemaah haji asal Indonesia dilaporkan mengalami kesulitan saat prosesi puncak ibadah haji 2025, akibat minimnya armada transportasi dan buruknya manajemen akomodasi. Dampaknya, banyak jemaah—termasuk lanjut usia—terpaksa berjalan kaki dari Muzdalifah ke Mina, bahkan tidak mendapatkan tenda untuk beristirahat.
Kondisi ini disorot langsung oleh Anggota Tim Pengawas Haji DPR RI, Muslim Ayub, yang menyebut bahwa sejumlah jemaah harus beristirahat di trotoar dan tempat terbuka karena tidak tersedianya fasilitas memadai.
“Saya menyaksikan sendiri lansia terlantar di Arafah karena tidak ada tenda. Ini sangat memprihatinkan dan tidak boleh terus terulang,” ujar Muslim di Makkah, Jumat (6/6), dikutip dari detikcom.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Transportasi Terbatas, Jemaah Terlambat Menuju Mina
Muslim juga mengungkapkan hingga malam 10 Zulhijah waktu Arab Saudi, masih banyak jemaah yang belum sampai ke Mina untuk melaksanakan lempar jumrah, akibat keterlambatan armada transportasi.
Ia menilai, permasalahan ini disebabkan oleh ketidaksesuaian antara jumlah kendaraan yang disediakan dan kebutuhan riil jemaah per kloter.
“Kuota jemaah per kloter sudah ditentukan, tapi kendaraan yang disiapkan tidak mencukupi. Ini menyebabkan distribusi jemaah kacau dan tidak terkoordinasi,” tambahnya.
Desakan Evaluasi Menyeluruh Sistem Penyelenggaraan
Melihat kondisi di lapangan, Muslim mendesak pemerintah dan penyelenggara ibadah haji untuk segera melakukan evaluasi menyeluruh terhadap sistem logistik dan akomodasi haji, guna menjamin keselamatan dan kenyamanan jemaah pada musim haji mendatang.
“Pelaksanaan haji tahun ini masih menyisakan banyak kekurangan. Pemerintah harus mengambil pelajaran dari peristiwa ini agar tahun depan lebih baik,” tegasnya.
Latar Belakang: Puncak Haji, Ujian Manajemen Ibadah Massal
Setiap musim haji, jutaan umat Muslim dari seluruh dunia berkumpul di titik-titik penting seperti Arafah, Muzdalifah, dan Mina untuk melaksanakan rangkaian ibadah haji. Tahapan ini menjadi ujian besar dalam hal logistik dan pengelolaan massa secara besar-besaran. Gagalnya pengaturan transportasi dan akomodasi dapat berdampak langsung pada kesehatan fisik dan mental para jemaah.
Pihak Kementerian Agama maupun Panitia Penyelenggara Ibadah Haji Indonesia hingga saat ini belum memberikan pernyataan resmi menanggapi kejadian ini.